Sunday, July 12, 2015

Pseudomembranous Colitis Penyakit Akibat Antibiotik

Banyak kalangan dokter dan masyarakat umum yang menyakini, antibiotik adalah obat dewa yang bisa membebaskan mereka dari penyakit. Namun, bukannya kesembuhan, bahkan kematian yang didapatkan akibat antibiotik secara irasional. Waspadalah ...!!!

Penyakit akibat antibiotik didalam medis diistilahkan Pseudomembranous Colitis. Karena diare merupakan efek samping tersering antibiotik, maka penyakit ini juga disebut antibiotic-associated diarrhea (AAD). Insiden AAD sekitar 5-39%, tergantung tipe antibiotiknya. Rerata mortalitas (kematian) 1,1-3,5 %, pada dewasa mencapai 25 %.

Penyebab

Penyebab utama adalah pemakaian antibiotik irasional (berlebihan, tidak tepat), sehingga mengubah keseimbangan flora usus normal dan menimbulkan pertumbuhan organisme tertentu menjadi terlalu cepat, akhirnya usus menjadi radang infeksi (colitis). Disamping pemakaian antibiotik, di berbagai literatur medis sejak tahun 1970-an disebutkan bahwa penyakit akibat antibiotik tersering disebabkan oleh bakteri anaerob gram-positif, yaitu clostridium difficile. Bakteri ini sebenarnya berhasil teridentifikasi oleh Hall dan OiToole sebagai salah satu flora usus normal pada bayi baru lahir, sejak tahun 1935. Selain itu, bakteri ini juga terdapat pada 5% tinja orang dewasa sehat dan pada 15-70% tinja bayi.

Uniknya bakteri ini mampu bertahan hidup dalam bentuk spora selama lima bulan di lantai RS. sehingga tidaklah mengherankan bila infeksi nosokomial (yang terjadi di RS) relatif meningkat, salah satunya akibat bakteri ini. Bakteri ini memproduksi toxin (racun)penting seperti toxin A (enterotoxin) dan toxin B (cytotoxin), sehingga usus menjadi infeksi.

Berbagai kondisi seperti : operasi usus, komplikasi setelah operasi (gastroenterostomy), penyakit Hirschsprung (usus raksasa), perubahan pergerakan (motylity), usus malnutrisi, kemoterapi, syok, uremia (kadar urea dalam darah naik) juga berpotensi memicu timbulnya Pseudomembranous colitis.

Potret Klinis

Gejala muncul beberapa minggu (biasanya 6 minggu) setelah penghentian antibiotik. Sebagian besar kasus, gejala mulai muncul 3-9 hari setelah memulai pemberian antibiotik. Diare dengan kharakteristik tinja berbau busuk,berwarna hijau, cair/berlendir, dapat disertahi darah/nanah. Denyut jantung meningkat, lesu, mual, nyeri hingga kram perut, dehidrasi (kurang cairan), tidak selalu diikuti demam.

Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan laboratorium yang dianjurkan meliputi : hitung darah lengkap, kimia darah, leukosit dalam tinja, dan stool assasy. Positif apabila ditemukan leukositosis (sel darah putih meningkat) dan hipoalbuminemia (kadar albumin dalam darah menurun). Untuk stool Assay diperlukan dua hari untuk mengetahui hasilnya. Bila memungkinkan dan tersedia fasilitas, maka dapat dilakukan tes screening ELISA (enzime-linked imunoabsorbent assasy), tes aglutinasi latex, PCR (polymerase chain reaction), dan pemeriksaan enzim glutamate dehydrogenase.

Pemeriksaan imaging yang diperlukan untuk memegakkan diagnosis antara lain : foto rontgen perut, barium enemadengan kontras udara atau CT scan. Penunjang lainnya bila tersedia : protogsimoidoscopy (yang kaku), visualisasi endoskopipseudomembrane, sigmoidoskopi fleksibel atau kolonoskopi.

Solusi

Bila menjumpai penyakit ini, segera hentikan pemakaian antibiotik lalu segera bawa ke RS terdekat. Yang perlu diwaspadai baru terjadi diare beberapa minggu setelah antibiotik dihentikan. Bila penyakit ini ditemukan di RS, maka dokter segera mengisolasi semua penderita diare, lalu mengevaluasi mereka apakah diare berhubungan dengan virus tersebut.

Dokter akan segera memulai resusitasi penggantian cairan dan elektrolit. Pertimbangkan kemungkinan kearah diagnosis pseudomembranous colitis. Berikan metronidazole oral sebagai terapi ini pertama. Bila berhasil maka berikan vancomycin sebagai terapi kedua. Dosis vancomycin adalah 125 mg setiap enam jam selama 7-14 hari untuk dewasa, dan 500mg/1,73 m2 setiap enam jam untuk anak-anak. Dokter tentu akan menghindari pemberian obat golongan narkotik dan antidiare. Tindakan operas diperlukan pada penderita dengan komplikasi toxic megacolon.

Pencegahan 

Untuk sementara hindari makanan pedas, berlemak,digoreng, dan tinggi serat. Sebab selain memperberat keja usus, mengiritasi usus, juga sulit dicerna. Penyakit akibat antibiotik mudah dicegah. Gunakan antibiotik dengan bijaksana, atau kurangi pemakaian, terutamagolongan sefalosporin. Jika memang alergi antibiotik, catatlah dan beritahukan kepada dokter agar tidak diberi jenis itu. Jangan sembarangan membeli sendiri, kecuali dengan resep dokter. Bila diberi aktibiotik oleh dokter lalu terjadi diare, segeralah kembali ke dokter yang memberinya.

Menjaga stamina, gizi, nutrisi tubuh dengan pola hidup sehat dan seimbang. Pengendalian infeksi agar tidak berkembang menjadi wabah. Menjaga sanitasi, higiene diri sendiri dan lingkungan juga upaya pencegahan yang efektif. Meskipun berpotensi kambuh (20-30 %), dengan penanganan yang komprehensif, pseudomembranous colitis tentu teratasi dengan baik.

Sumber : Dito Anurogo, dokter umum praktik di Keluarga Sehat Hospitaj (KHS) Pati.

No comments:

Post a Comment